Setiap
mineral memiliki sistem kristalnya masing-masing: isometrik (sumbu a
= sumbu b = sumbu c; < = <
= <); rhombik (sumbu a
sumbu b sumbu c; <
<
<);
triklin; monoklin; tetragonal, heksagonal dan lain-lain. Setiap
sistem kristal memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk
oleh masing-masing sumbu kristal antara sistem kristal yang satu
terhadap yang lain berbeda. Untuk itulah setiap mineral memiliki
sifat optis tertentu, yang dapat diamati pada posisi sejajar atau
diagonal terhadap sumbu panjangnya (sumbu c). Pengamatan mikroskopis
yang dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang disebut pengamatan
pada nikol sejajar.
1.
Relief
Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang
menunjukkan tingkat / besarnya pantulan yang diterima oleh mata
(pengamat). Semakin besar sinar yang dipantulkan atau semakin kecil
sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka makin rendah
reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan
erat dengan sifat indek biasnya; Ngelas
< Nobyek.
Relief kadang-kadang juga diimplikasikan oleh tebal-tipisnya sayatan.
Sayatan yang telah memenuhi standarisasi, tentunya memiliki relief
yang standar juga, sehingga besarnya tertentu.
Gambar 1. Sifat Optis Relief Tinggi pada Mineral Olivin (Atas) dan Relief Rendah (Bawah) yang Diamati pada Posisi Nikol Sejajar
Relief mineral dapat digunakan untuk memisahkan
antara batas tepi mineral yang satu dengan
yang lain. Suatu batuan yang tersusun atas berbagai macam mineral yang berbeda, masing-masing mineral tersebut tentunya memiliki sifat optis yang berbeda pula. Jadi, kesemua itu akan membentuk relief; ada yang tinggi, sedang atau rendah (Gambar 1). Pada prinsipnya; kaca / air / udara memiliki indeks bias sempurna, sehingga memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Namun, suatu mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca / air / udara, sehingga reliefnya lebih tinggi. Bandingkan indeks bias yang dipantulkan oleh mineral dengan indeks bias yang dipantulkan oleh kanada balsam. Kanada balsam memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Mineral menyerap sebagian sinar dan memantulkannya sebagian. Makin tidak berwarna sinar yang dipantulkan makin besar, sehingga reliefnya makin rendah.
yang lain. Suatu batuan yang tersusun atas berbagai macam mineral yang berbeda, masing-masing mineral tersebut tentunya memiliki sifat optis yang berbeda pula. Jadi, kesemua itu akan membentuk relief; ada yang tinggi, sedang atau rendah (Gambar 1). Pada prinsipnya; kaca / air / udara memiliki indeks bias sempurna, sehingga memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Namun, suatu mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca / air / udara, sehingga reliefnya lebih tinggi. Bandingkan indeks bias yang dipantulkan oleh mineral dengan indeks bias yang dipantulkan oleh kanada balsam. Kanada balsam memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Mineral menyerap sebagian sinar dan memantulkannya sebagian. Makin tidak berwarna sinar yang dipantulkan makin besar, sehingga reliefnya makin rendah.
2.
Pleokroisme
Pleikroisme yaitu sifat penyusupan mineral anisotropic dalam menyerap
sinar mengikuti sistem kristalografinya. Ditunjukkan oleh beberapa
kali perubahan warna kristal setelah diputar hingga 360O.
Dapat diamati pada posisi terpolarisasi maupun nikol sejajar. Mineral
uniaxial disebut dichroic: dua warna yang berbeda dari vibrasi
sinar yang parallel terhadap sumbu vertikal dan sumbu dasar. Mineral
biaksial: trichroic, 3 perubahan warna berhubungan dengan 3 sumbu
elastisitas utama. Ct: horenblende
pleokrois kuat dan piroksen tak-pleokrois
Gambar
2. Pleokroisme Biotit Berwarna Coklat Kekuningan Orde 1
Gambar
3. Pleokroisme Biotit Berwarna Coklat Gelap Orde I
(Gambar
Atas: Warna Interferensi Biotit Sejajar Sumbu C Dan Gambar Bawah:
Pleokroismenya Pada Sudut Putaran 90O)
3.
Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral
mengikuti pertumbuhan atau tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk
kristal yang ideal pasti mengikuti susunan atom dan pertumbuhan
atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah belahannya.
Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di
luar, menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena
pembekuannya atau pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga
bentuknya kurang sempurna, begitu pula sebaliknya. Jadi, bentuk
kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat
kristalisasi mineral secara umum. Namun, mineral yang berukuran besar
bukan berarti tingkat kristalisasinya sempurna. Sebagai contoh adalah
mineral-mineral penyusun batuan gunung api yang terkristalisasi
dengan cepat dapat tumbuh membentuk mineral dalam diameter yang
besar, tetapi bentuk kristalnya anhedral membentuk fenokris dalam
batuan bertekstur porfiritik.
Dalam pendeskripsiannya, bentuk kristal ditentukan
dari orientasi tepian mineralnya. Bentuk kristal yang tidak beraturan
pada seluruh sisinya disebut anhedral; jika sebagian sisi kristal
yang tidak beraturan disebut subhedral; dan jika seluruh sisi kristal
beraturan disebut euhedral (Gambar 4).
Gambar
4. Gambar Atas: Bentuk Kristal Subhedral Pada
Piroksen Dan Anhedral Pada Horenblenda Dan Gambar Bawah: Bentuk
Kristal Euhedral, Subhedral Dan Anhedral Pada Mineral Piroksen (Hbl:
Horenblenda Dan Px: Piroksen)
4.
Bentuk mineral
Bentuk mineral tidak harus sama dengan bentuk kristal. Bentuk mineral
adalah bentuk secara fisik, seperti takteratur (irregular),
memanjang, prismatik, fibrous, membulat dan lain-lain (Gambar II.4).
bentuk-bentuk mineral tersebut tidak berhubungan dengan tingkat
kristalisasinya. Bentuk mineral secara sempurna dapat mengikuti
bentuk pertumbuhan kristalnya, namun tidak dapat digunakan sebagai
parameter tingkat kristalisasi.
Gambar
5. Gambar atas: bentuk-bentuk mineral blocky,
irregular; gambar bawah: bentuk mineral euhedral
5.
Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan
dengan sistem kristalnya juga. Pada umumnya, suatu mineral memiliki
bentuk kristal dari suatu sistem kristal tertentu, sesuai dengan
pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri dibentuk /
dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi
susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan
ikatannya. Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat
mineral mengalami benturan atau terdeformasi, maka pecahannya akan
lebih mudah mengikuti arah belahannya.
Belahan lebih mudah diamati pada posisi nikol
sejajar tetapi beberapa mineral juga dapat diamati pada posisi nikol
silang. Tidak semua belahan mineral dapat diamati di bawah mikroskup,
sebagai contoh adalah kuarsa dan olivin (Gambar 6). Tetapi,
sebenarnya keduanya memiliki pecahan yang jelas. Kuarsa, secara
megaskopis memiliki pecahan konkoidal (seperti kaca) akibat bentuk
kristalnya yang bipiramidal, namun di bawah mikroskup belahan
konkoidal-bipiramidal sulit dapat diamati. Olivin kadang-kadang
menunjukkan belahan dua arah miring, namun karena bentuknya yang
membotol, jadi sulit diamati juga di bawah mikroskup.
Gambar
6. Gambar Atas: Contoh
Mineral Dengan Susunan Acak (Belahan Tidak Jelas) Atau Tanpa
Belahan: Olivin; Gambar Bawah: Contoh
Mineral Kuarsa Tanpa Belahan
Ct:
- Belahan jelas 1 arah: kelompok mika
- Belahan jelas 2 arah: piroksen dan amfibol
- Mineral dengan sudut belahan 2 arah membentuk perpotongan dengan sudut 60°/120°: amfibol / horenblende dan mineral dengan sudut belahan dua arah membentuk sudut 90° piroksen.
Gambar
7. Gambar Atas: Belahan Jelas Pada Dua Arah
Miring; Gambar Bawah: Belahan Kurang Jelas Pada Dua Arah Dengan Sudut
90o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar